Jumat, 10 Maret 2017

"Menyampaikan Dengan Indah, Menegur Dengan Baik"


(Catatan dari nonton bareng film Kalam-Kalam Langit)


Film Kalam Kalam Langit diangkat berdasarkan draf 1 skenario yang ditulis oleh Bapak Anas Bakri, kemudian seiring waktu hasil riset lapangan, maka ditulis kembali oleh Faozan Rizal menjadi skenario utuh yang difilmkan. Lalu oleh salah satu sastrawati Indonesia _ Mama Pipiet Senja, dijadikan dalam bentuk novel.
Dalam film ini diceritakan tentang seorang santri dari Lombok bernama Jafar, yang memiliki suara indah saat membaca Al-Qur'an. Ia terlahir dari seorang Ibu yang pernah menjadi qori'ah (pembaca Al-qur'an dengan lantunan indah) tingkat nasional. Dan Jafar mewarisi kemampuan sang Ibu.
Suatu hari, Jafar kecil memenangkan lomba mebaca Al-qur'an yang lebih dikenal dengan Lomba MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur'an) ditingkat pesantren. Tapi sayangnya sang Ayah sama sekali tidak gembira dengan prestasi putranya. Ia bahkan sangat marah dan mengingatkan Jafar untuk jangan pernah lagi mengikuti lomba yang dianggap pamer dan menjual ayat-ayat suci.
Hingga Jafar dewasa, tak pernah sekalipun ia berani mengikuti lomba MTQ lagi. Meski banyak yang memintanya.
Sampai suatu hari, Kiai pemilik pondok pesantren dimana Jafar nyantri, memberinya penjelasan bahwa mengikuti perlombaan membaca Al-qur'an itu adalah bagian dari Syi'ar Agama.
Dalam salah satu firman Allah yang dibacakan sang Kiai, ada ayat yang menyebutkan bahwa Al-qur'an itu dimudahkan, dianjurkan untuk dibaca dengan tartil (suara yang indah, penyebutan huruf yang benar dan intonasi yang tepat) agar bisa dengan mudah menyentuh hati tiap orang yang mendengarnya.
Setelah mendapat penjelasan tersebut, Jafar pun bersedia mengikuti lomba MTQ.
Sayangnya, tepat sebelum proses seleksi, Sang Ayah mengalami sakit keras. Tapi Jafar tdk memiliki biaya untuk membawa Ayahnya ke Rumah Sakit. Lalu seorang Ustadz yang selama ini mengincar putri Sang Kiai, yang juga merupakan calon peserta yang akan menjadi saingan Jafar untuk menjadi perwakilan pesantren, memanfaatkan kondisi sulit itu dengan memberi pinjaman uang biaya perawatan bagi Ayah Jafar dengan syarat harus mundur dan lomba.
Maka, demi sang Ayah, Jafar pun menerima tawaran tersebut. Tapi hal yang sangat mengharukan terjadi. Diantara rasa sakit yang berusaha ditahan, Ayah Jafar justru menegur putranya agar jangan mau dibeli oleh siapapun. Ia tetap menginginkan sang anak mengikuti lomba MTQ yang selama ini selalu ditentangnya. Dengan satu catatan : "Bacalah dengan nama Tuhan mu..."
Dengan berurai air mata, Jafar kembali ke pesantren dan mengembalikan uang yang dipinjamkan oleh "rivalnya" tersebut. Dan tepat disaat Ia melantunkan ayat-ayat Al-qur'an dari Surat Arrahman (yang banyak mengingatkan kita tentang rasa syukur) di atas panggung, sang Ayah menghembuskan nafas terakhirnya.
Peristiwa itu membuat Jafar sangat terpukul. Tapi kehadiran seorang sahabat perempuan yang selalu membersamai sejak kecil dan dukungan paman Jafar yang sangat peduli padanya, terus memberi motivasi untuk meluruskan niat dan mengikuti lomba hingga tingkat nasional. Tak peduli meski putri sang Kiai yang pernah dicintai dan menikah dengan ustadz yang merupakan "rival" dalam lomba MTQ, memohon agar Jafar mengundurkan diri lagi demi memenangkan suaminya.
》》 Film ini sarat dengan pesan moral, menegur para pelaku "makelar penjual agama" dan menyampaikan kebaikan dengan cara yang indah.
Tidak dipungkiri bahwa kasus penyimpangan dalam event religius terbesar seperti MTQ sering terjadi dan dilakukan oleh segilintir oknum tertentu. Begitu juga dengan niat para peserta lomba.
Dan melalui tokoh-tokoh cerita dalam Kalam Kalam Langit inilah, sang penulis mengigatkan untuk terus meluruskan niat serta tindakan kita dalam menyampaikan kebaikan dan melakukan kebenaran.
Selain itu, ayat-ayat Al-qur'an serta setting lokasi dalam film ini juga banyak sekali menyentuh hati kita atas rasa syukur kepada Sang Pencipta.
Maka, bacalah semesta yang terbentang ini dengan hati kita. Resapi dan maknai dengan rasa syukur yang mendalam. Lalu ceritakan semuanya dengan Indah. Iringi tiap laku dalam kehidupan kita dengan tindakan-tindakan yang baik dan benar.
Demikianlah...
》》
Yang mau mendapatkan novelnya bisa lansung menghubungi penulisnya, Mama Pipiet Senja.
Atau mencari di toko buku masing-masing kota...
Semangat menebar kebaikan!!     


____ Mataram, 5 Maret 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar