Jumat, 10 Maret 2017

"I Leave My Heart In Dana Mbojo"


Terhitung 2 jam 14 menit lagi, sejak mulai menyentuh touch screen layar HP untuk menulis status ini, saya akan kembali ke tanah kelahiran (Lombok). Setelah untuk pertama kali menjejak kaki pada Rabu 28 Desember 2016 "tahun lalu"
Rompi dibagian bahu sebelah kiri masih basah oleh air mata dan telinga masih terasa pekak sebab teriakan bercampur tangis gadis kecil yang terluka kakinya karena paku. Proses pengobatan dan operasi kecil yang berlansung sekitar 15 menit dirasa sangat menyakitkan, dan saya hanya bisa memberi dekapan juga kata-kata penghibur yang saya tau tak kan mengurangi rasa sakit sedikitpun.
Sama juga dengan yang bisa saya lakukan untuk para Ibu dan gadis yang berdatangan ke posko medis dari kemarin-kemarin dalam kondisi luka yang berdarah-darah, bahkan ada yang sobek dan bernanah.
Saya bukan dokter atau perawat yang bisa mengobati, hanya tukang foto yang seharusnya mengabadikan "penderitaan" mereka dengan lensa kamera.
Tapi rasa nyeri di ulu hati melihat wajah-wajah kesakitan, membuat saya meletakkan kamera di meja. Lalu mengulurkan tangan untuk digenggam, atau bahu untuk menyembunyikan wajah dan bersandar, bahkan pinggang untuk didekap.
Resikonya???
Jangan ditanya...
Jika saja badan saya "yang tak seberapa" ini made in China, mungkin saya sudah remuk pada saat pasien pertama (akibat genggaman dan pelukan yang terlalu ber-energi saat menahan rasa sakit sebelum obat bius bereaksi atau saat luka dibersihkan untuk diobati)
Tapi Alhamdulillaah, saya masih bisa bertahan hingga adik kecil usia kelas 3 SD yang saya lupa hitungan keberapa.
Saya memang bukan orang yg bisa hipnotis atau sejenisnya dimana kehadiran atau sentuhan saya bisa menghilangkan rasa sakit, tapi setidaknya saya bisa membersamai mereka saat mereka kesakitan.
Itu saja...
Duh Robb...
Berat...
Karena meski sudah 7 hari di sini, tak seberapa para Ibu yang mampu saya "berikan" telinga untuk mendengar curhat, guna mengurangi sesak di dada yang dirasakan.
Sepekan di sini, tak banyak anak-anak yang bisa saya "berikan" waktu untuk bercerita tentang rasa takut saat hujan, juga harapan mereka untuk bisa bersekolah dengan baju dan sepatu baru juga bermain di halaman yang bersih.
7 x 24 jam saya di sini, tak cukup tenaga dan kemampuan untuk membantu meringankan tugas pengabdian rekan-rekan relawan yang berjuang meski lelah mendera mereka dengan sangat.
Allaah...
Sungguh, kewajiban yang ada jauh lebih banyak dari waktu yang tersedia...
Dear, Bumi Para Perempuan Pemakai Rimpu....
Berharap bisa menemuimu dilain waktu, dengan kebermanfaatan yang lebih banyak, pada tangan-tangan yang menjulur berharap pertolongan.
Saya pamit, sore ini....
Dengan separuh hati yang tertinggal di pojok tenggara Lapangan Sera Suba,

#DanaMbojo
#GetWellSoon, Please....


(Selasa, 3 Januari 2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar